Rasulullah Saw mengajak para pemeduli lingkungan untuk melakukan penghijauan yang berorientasi akhirat. Banyak yang tidak tahu bahwa upaya penghijauan yang digerakkan selama ini untuk menyelamatkan bumi dari polusi ternyata terhitung sebagai saldo ukhrawi yang menjanjikan pahala. Tidak ada tanaman atau pohon yang dimakan burung, manusia atau hewan kecuali itu menjadi sedekah bagi pemilik tanaman atau pohon. Demikian halnya dengan pohon yang memberi teduh terhadap manusia dari terik sinar matahari. Semua bentuk penghijauan ini punya nilai sedekah yang sepatutnya memotivasi umat untuk menghijaukan kota-kota Islam mereka. Penghijauan yang islami ini mengingatkan penulis hikmah ulama dulu yang mengatakan: “lihatlah daun-daun yang hijau dan air yang mengalir. Sesungguhnya keduanya melambangkan kesegaran, semangat hidup, kerendahan diri (melihat air yang senantiasa mencari tempat yang rendah, begitu pula dengan daun yang melambai-lambai mengikuti hembusan angin) dan penyucian hati.” Gerakan menanam ini dianjurkan Islam tanpa mengenal usia dan waktu. Abu Darda’ Ra tidak mempedulikan orang yang menegurnya menanam pohon, meski ia telah lanjut usia. Dia memahami bahwa menuai tanaman bukan tujuan utama, dia sendiri yang menuainya atau orang lain, ia tetap dapat pahala. Olehnya itu, gerakan menanam pohon tidak dibatasi waktu, meski kiamat telah dekat.