Kacang pinus masuk ke dalam kategori kacang pohon secara kuliner namun tidak secara botani. Kacang ini dapat dimakan, namun pengusahaannya secara komersial relatif terbatas karena ukuran dan hasilnya yang tidak banyak, beberapa merupakan produk samping dari budi daya kayu. China dan Italia merupakan produsen kacang pinus utama di dunia.
Di Asia hanya dua jenis pinus yang dibudidayakan khusus untuk konsumsi bijinya, yaitu pinus Korea (Pinus koraiensis) di semenanjung Korea dan sekitarnya, dan pinus chilgoza (Pinus gerardiana) di Himalaya. Empat spesies lainnya yaitu pinus Siberia (Pinus sibirica), pinus kerdil Siberia (Pinus pumila), pinus putih China (Pinus armandii) dan Pinus bungeana.
Karakteristik
Nutrisi dari kacang pinus cenderung bervariasi tergantung pada spesiesnya, dengan pinus batu (Pinus pinea) memiliki kadar protein tertinggi. Kacang pinus juga merupakan sumber serat pangan yang signifikan. Kacang pinus terlindungi oleh cangkang yang relatif tebal tergantung spesiesnya. Sebagian besar nutrisi tersimpan di dalam embrio dari biji. Kacang pinus yang telah dikupas dapat dimakan langsung. Kacang pinus memiliki usia simpan yang relatif lama meski telah dikupas, selama disimpan di udara kering dan dingin.
Pemanfaatan kuliner
Kacang pinus dapat dimanfaatkan selayaknya buah geluk, seperti dihaluskan menjadi tepung untuk membuat marzipan, digoreng kering menjadi makanan ringan, hingga dibakar dan dihaluskan untuk dijadikan bahan baku minuman pengganti kopi. Kacang pinus merupakan bahan baku saus pesto di Italia. Di Timur Tengah kacang pinus digunakan pada masakan kibbeh, sambusak, baklava, dan sebagainya.

Minyak kacang pinus
Kacang pinus dapat diekstrak untuk mendapatkan minyak kacang pinus yang dihargai karena memiliki rasa yang unik. Sebuah studi menemukan bahwa minyak kacang pinus Korea kemungkinan dapat menahan nafsu makan.
Sumber : Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar