Indonesian eagle lahir dari pemikiran orang-orang biasa dan sederahana dengan mimpi yang tidak sederhana, dari konsep sebuah kehidupan untuk saling peduli yang berempati, Memulai sesuatu dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan oleh hampir semua orang, Dibangun untuk membangun rasa empati untuk berbuat sesuatu bagi indonesia tanpa pamrih.

Sebuah konsep pemikiran yang lahir dari pemberontakan terhadap egoisme, menantang kebanggaan pribadi yang tidak memberi arti bagi siapapun atau apapun, hanyalah kebanggaan untuk diceritakan pada teman, keluarga atau sahabat.. just that and finish.

Indonesian Eagle dibangun untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, kepedulian sosial yang tinggi yang tak ada levelnya.. kepedulian yang tidak terukur oleh angka tetapi oleh rasa,... ya hanya satu rasa untuk peduli pada bumi dan negeri.

Mendobrak pemikiran-pemikiran primitif yang enggan beradaptasi dengan waktu. Membungkam fanatisme kedaerahan, membunuh fanatisme golongan, ras maupun kelompok untuk berubah dan beradaptasi menjadi satu rasa yaitu “KEINDONESIAAN” dan Mengedepankan kepentingan “INDONESIA” daripada ‘INDONESIAN EAGLE” sendiri.

Belajar tidak untuk menjadi pribadi karbitan tetapi pribadi yang memiliki profesionalitas, mandiri, bertanggung jawab dan berkomitmen tinggi. Belajar menyisihkan sedikit waktu yang tersisa untuk berbakti pada pertiwi.

Indonesian eagle tidak dibangun untuk menjustifikasi, atau hanya dengan mengucapkan kata miris, menempatkan tangan diposisi pertama, mulut di posisi kedua dan hati diposisi terakhir. Tidak pula dibangun dari pemikiran2 yang kaku yang enggan menerima hal baru, kehidupan adalah pembelajaran. Dimana setiap orang harus belajar segala sesuatu setiap detiknya bahkan dari hal-hal baru untuk pertama kalinya seperti bayi yg mulai belajar merangkak, berjalan dan berlari demikian seterusnya. Selalu ada sesuatu untuk dimulai pertama kali dan semuanya membutuhkan “KEBERANIAN”.

Keberanian untuk belajar, beradaptasi, kreatif, menghargai perbedaan, menerima perubahan dan segala hal positif.. bukan hanya diam menunggu yang tergerus oleh waktu.

Waktu yang berputar biarlah urusan tuhan tapi untuk apa waktu itu kitalah yang menentukan.


Sebuah Catatan Pengingat agar tak lupa.

by :  Wings (15/07/2014)